Wednesday, October 24, 2007

BUih Hayal

___ I am so Lucky

AKU dan dia dilahirkan dalam negri dan tanah air yang sama, bahasa yang sama, pertiwi Indonesia tentunya. Namun yang aku tau, dia besar dan tumbuh dalam kehidupan yang lebih mengenaskan dariku. Suatu ketika dia bercerita kepadaku, dia pernah berjalan mengelilingi negara-negara berkebudayaan yang menurutnya negara itu lebih kejam dari kehidupan di Indonesia, “sebutlah seperti Inggris dan Afrika” katanya menirukan gaya pribumi angkuh berucap dengan senyuman khas yang dia miliki.

Namun secara wajar aku sedikit bangga dan iri dengannya. Dari kisah cerita yang aku dapat, pengalaman mengelilingi negara orang membuatnya mahir berbahasa Inggris, Spanyol dan Prancis. Tentusaja, dia juga mengerti Swedish dan Danish karena bahasa mereka serumpun. Maka wajar bagiku bersikap cemburu padanya, karena dalam usia sangat muda, dia sudah mengerti bahasa Inggris, Prancis dan sedikit Spanyol.

Suatu saat aku pernah berterus terang kepadanya. “Friend, kenapa ya kalau jalan sama kamu tu ngerasa ada yang beda?” Tanyaku sambil memandangnya dalam.
”Kenapa??” Balasnya sederhana.
”Yaa, coz waktu di pesantren dulu aku selalu menghayal bisa keluar negri, naik pesawat ke tempat tempat yang jauh dan bertemu orang-orang yang menarik, bisa banyak bahasa dan mengerti perbedaan kultur manusia?” tuturku menerawang mengingat impian masa dulu.
Dia tersenyum.
”Ya, ada sisi baik dan sisi buruknya sieh!” ucapnya mulai bercerita. “Misalnya, aku jadi kurang merasa punya akar yang kuat, nggak terlalu merasa Indonesia adalah tanah airku, karena aku menghabiskan banyak masa di negara orang.” Sambungnya sambil terbata.
”Mmm.. iya juga ya?” Balasku singkat, kemudian kembali berargumen. “Tapi di Indonesia, banyak juga yang tetap kembali ke akar mereka meski sudah tahunan di luar negri dan bisa aneka ragam bahasa kan?”

Aku kembali melamun, mengingat hayalan waktu dulu. Konsentrasiku hilang meninggalkan dia yang sedang bercucur cerita tentang pengalamannya. Lalu secara tidak sadar aku tersenyum.
”Kenapa?” Tanya dia merasa aneh.
”Nggak, jadi ingat waktu kecil?” Masih dengan mata menerawang dan senyum terkulum, aku bercerita;
”Waktu kecil dulu, waktu lihat TV atau baca di majalah BoBo punya tetangga, aku pengen bisa bernasib baik seperti orang kaya kamu. Tapi dulu, boro boro keluar negri, minum susu pun aku jarang, makan nasi pakai garam dan lauk ala kadarnya. Tapi Ibu Bapakku sadar kalau susu itu penting, mereka sampe sembunyi menggilir bergantian anak-anaknya minum susu agar nggak berebutan, biasa ngirit duit. Aku pengen banget ikut les main musik, les bahasa, tapi orangtuaku cari uang untuk makan aja gitu? Mau gimana lagi. Aku tersenyum, sungguh, membuatku selalu tersenyum setiap mengingat masa-masaku dulu, senyum kemenangan.

“Masak! Gak ah, boong kamu!” jawabnya nggak percaya. “Kamu jangan ngerasa kecil hati dulu.” Lanjutnya. “Di Afrika, orang jarang minum susu tapi sering makan tulang ikan, mereka sehat dengan asupan nutrisi dari alam mereka sendiri, tiap manusia survive dengan cara mereka sendiri.” Lagi-lagi dia nggak sadar membanggakan kehidupan orang.

Aku termenung lagi sebentar, lalu meneruskan percakapan. ”Ya, kadang aku berpikir, betapa sebenarnya aku mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan yang berbeda, mungkin justru lebih puas. Mimpi-mimpi masa dulu yang menjadikanku mulia seperti sekarang ini. Aku sekarang bisa duduk di tempat ini, tempat yang sama dengan orang-orang yang aku kagumi. Aku bisa sekolah ke luar negri, ke negara para nabi. Meski lamban, belajar lebih dari satu bahasa.

Aku melihat disekelilingku, banyak yang bilang negeri ini paling indah bila di hayati, semua terlihat cantik, Colleseom, sungai Nil, Piramida, semua seperti miniatur sempurna. ___No, this is maybe... Gumam saya dalam hati.

Dia tersenyum.

“Kamu tumbuh menjadi pribadi yang penuh empati dan memiliki good working attitude dengan pengalaman hidup kamu ini. Itu bagus?” Timpalnya bergaya bahasa inggris campur.
Aku balas tersenyum. “Ya…i am so lucky?” Balasku nggak mau kalah.

Aku melamun lagi, memikirkan, betapa Allah telah bermurah hati memberkahi hambanya dengan hidup ini. Every second of my life is a blessing. Though God act mysteriously, but i have faith in Him. We can’t understand Him by conecting the dots forward, but only by conecting the dots backward. “What unconvenients in my past are the causes to my wonderfull life now? “Fabiayyialaai robbikumaa tukadzibaan? “Dan nikmat Tuhan manakah yang kamu sia siakan?

___ 04.02/14-007-10" Rob'ah el AD

No comments: